DETAIL BERITA
Pj Gubernur Sumsel Akan Terus Gencarkan GPISS dan GPMSS Tekan Potensi Inflasi Jelang Ramadan di Sumsel
  • Jumat, 1 Maret 2024
  • Admin

Pj Gubernur Sumsel Akan Terus Gencarkan GPISS dan GPMSS Tekan Potensi Inflasi Jelang Ramadan di Sumsel

Palembang, sumselprov.go.id- Puasa Ramadhan berpotensi besar meningkatkan harga bahan pangan di masyarakat karena adanya peningkatan permintaan selama bulan puasa. Hal ini diungkapkan oleh Plh Sekretaris Daerah Sumsel, Drs. H. Edward Chandra membacakan arahan Penjabat (Pj) Gubernur Sumsel Agus Fatoni saat menghadiri Rilis Berita Resmi Statistik (BRS) yang disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumsel bertempat di Auditorium Graha Bina Praja Pemprov Sumsel, Jumat, (1/3/2024). "Saya harap program-program pengendalian inflasi serentak yang telah kita canangkan dapat lebih digiatkan agar angka inflasi dapat terkendali," harapnya. Program-program tersebut antara lain Gerakan Pengendalian Inflasi Serentak Se-Sumsel (GPISS) dan Gerakan Pasar Murah Serentak Se-Sumsel (GPMSS) setiap Senin, Selasa, dan Kamis yang diinisiasi oleh Pj Gubernur Sumsel Agus Fatoni. BPS Sumsel telah banyak memberikan Insight dalam rangka penyusunan dan evaluasi program-program pembangunan di Sumsel. Selain itu, Independensi BPS dalam menghasilkan data juga menjadi potret terbaik bagi Pemprov Sumsel untuk mengukur kinerjanya saat ini. "Seluruh OPD diharapkan dapat mengkaji dan memaknai angka-angka yang telah dirilis tersebut untuk ditindaklanjuti dengan penyusunan kebijakan daerah sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing OPD," katanya. Selain itu, Pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota harus mendorong upaya peningkatan produksi agar stok pangan di Sumsel tetap terjaga. Tantangan iklim dan cuaca yang semakin sulit diprediksi harus diantisipasi dengan program-program terbaik untuk menjaga produksi padi tetap tumbuh. "Kondisi ini juga perlu dikaitkan dengan Nilai Tukar Petani (NTP) khususnya tanaman pangan, karena semakin tinggi nilai NTP tersebut maka semakin meningkatkan kesejahteraan petani yang pada akhirnya akan meningkatkan daya tarik sektor pertanian tanaman pangan terutama komoditas padi," katanya. Dalam kesempatan itu, Kepala BPS Sumsel, Moh Wahyu Walianto, menjelaskan beberapa indikator BRS BPS per 1 Maret 2024 yaitu inflasi, Nilai Tukar Petani (NTP), Perkembangan Ekspor dan Impor, Perkembangan Pariwisata, Perkembangan Transportasi, Luas Panen dan Produksi Padi. Diungkapnya, pada bulan Februari 2024, inflasi Sumsel m-to-m sebesar 0,01%, inflasi y-on-y sebesar 3,15% dan deflasi y-to-d sebesar 0,07% . Secara m-to-m dari 4 wilayah di Sumatera Selatan yang dipantau Indeks Harga konsumen (IHK)nya ; Muara Enim dan OKI mengalami deflasi masing-masing sebesar -0,93 persen dan -0,13 persen. Tekanan inflasi terjadi akibat kenaikan harga Beras, Cabai Merah, Daging Ayam Ras, Cabai Rawit, Telur Ayam Ras, dan Minyak Goreng yang juga terjadi secara nasional, namun ini mampu diredam oleh penurunan komoditas lain seperti sayur-sayuran, Buah-buahan dan ikan segar. "Bantuan Sosial, Bahan Pokok dan Gerakan pengendalian secara massive yang dilaksanakan di Sumsel juga mampu meredam gejolak kenaikan harga komoditas bahan pokok," ujarnya. Selain itu, Secara y-on-y ada penurunan inflasi Sumatera Selatan, dari sebesar 3,35 persen menjadi 3,15 persen. Inflasi tinggi terjadi di Kabupaten Muara Enim sebesar 4,63% dan Kabupaten OKI sebesar 4,60 persen. Namun secara trend menurun jika dibandingkan YoY bulan Januari lalu yang tercatat sebesar 6,31 persen di Muara Enim dan 4,92 persen di OKI. "Tekanan inflasi beberapa bulan kedepan masih relatif cukup tinggi karena akan ada beberapa momen puasa ramadhan dan idul fitri sehingga perlu untuk menjaga kestabilan harga. Harapannya program-program yang telah dilaksanakan dapat terus dilanjutkan secara intens," katanya. Sementara itu, NTP Sumsel pada bulan Februari 2024 naik 2,34 persen dibandingkan NTP bulan lalu, yaitu dari 109,33 menjadi 111,88. Kenaikan ini dipengaruhi oleh kenaikan NTP pada subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,88 persen, Hortikultura 3,22 persen, Perkebunan 2,84 persen dan Peternakan 0,72 persen. Sedangkan pada bulan yang sama, Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) Provinsi Sumsel mengalami kenaikan sebesar 0,82 persen, yaitu dari 121,59 menjadi 122,59. Dan Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Sumsel Februari 2024 sebesar 113,63 atau naik 2,88 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya. "Nilai impor Sumsel Januari 2024 mencapai US$221,43 juta, naik 23,62 persen dibandingkan Desember 2023, dan meningkat hingga lima kali lipat jika dibandingkan Januari 2023 dengan nilai US$49,97 juta," jelasnya. Impor migas Januari 2024 senilai US$1,75 juta, turun 6,76 persen dibandingkan Desember 2023, dan juga menurun sebesar 56,18 persen dibandingkan Januari 2023. Namun pada Impor non migas Januari 2024 senilai US$219,68 juta, naik 23,94 persen dibandingkan Desember 2023, dan naik hingga 377,79 persen dibandingkan Januari 2023, sambungnya. "Neraca perdagangan Sumatera Selatan Januari 2024 mengalami surplus US$219,92 juta berasal dari sektor nonmigas US$182,11 juta, dan sektor migas sebesar US$37,81 juta," pungkasnya. Turut hadir Asisten II Bidang Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan Sumsel, Ir. Basyaruddin Akhmad, M.Sc., Para Kepala BPS Kab/Kota se-Sumsel, dan Para Kepala OPD Sumsel.

Tags:
Share: